THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Rabu, 16 November 2011

Kecelakaan

                                                                                    saat kaki tak lagi berjalan,

saat tangan tak lagi berfungsi
kau tumpahkan semua air matamu
kau jeritkan suara-suaramu

penyesalan,, dan penyesalan
kini yag selalu ada pada benakmu
kecelakaan kemarin
membuat semua organ tubuhmu lemah tak berdaya,
bagai mayat hidup

Rabu, 02 November 2011

Menyelami Makna Idhul adha

بسم الله الرحمن الرحيم

OLEH

ZEZEN ZAENAL MURSALIN, LC

KHUTBAH PERTAMA:

الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر كبيرًا، والحمد لله كثيرًا وسبحان الله بكرة وأصيلاً، الله أكبر الله أكبر ولله الحمد.
الْحَمْدُ للَّهِ الَّذِى خَلَقَ السَّمَاواتِ وَالأرْضَ وَجَعَلَ الظُّلُمَاتِ وَالنُّورَ ثْمَّ الَّذِينَ كَفَرُواْ بِرَبّهِمْ يَعْدِلُونَ [الأنعام:1].
الْحَمْدُ للَّهِ فَاطِرِ السَّمَاواتِ وَالأرْضِ جَاعِلِ الْمَلَائِكَةِ رُسُلاً أُوْلِى أَجْنِحَةٍ مَّثْنَى وَثُلَاثَ وَرُبَاعَ يَزِيدُ فِى الْخَلْقِ مَا يَشَاء إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلّ شَىْء قَدِيرٌ [فاطر:1].
الحمد لله الذي كان بعباده خبيراً بصيراً، وتبارك الذي جعل في السماء بروجاً وجعل فيها سراجاً وقمراً منيراً، وهو الذي جعل الليل والنهار خلفة لمن أراد أن يذكّر أو أراد شكوراً.
وتبارك الذي نزّل الفرقان على عبده ليكون للعالمين نذيراً، الذي له ملك السموات والأرض ولم يتخذ ولداً، ولم يكن له شريك في الملك، وخلق كل شيء فقدّره تقديراً. أما بعد:
فإن أصدق الحديث كتاب الله، وأحسن الهدي هدي محمد وشر الأمور محدثاتها، وكل محدثة بدعة، وكل بدعة ضلالة، وكل ضلالة في النار.
Ma’asyirul Muslimin yang dimulyakan Allah, bertaqwalah kepada Allah Y, dan ingatlah bahwa hari ini adalah hari yang paling mulia di sisi-Nya sebagaimana hal itu disabdakan oleh Rosulullah r dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Abu Dawud di dalam sunannya yang dishahihkan oleh Al Albani Rahimahullah:
أَعْظَمُ الأَيَامِ عِنْدَ اللهِ يَوْمُ النَّحْرِ
“Sebaik-baik hari di sisi Allah adalah hari penyembelihan (‘Iedul Adha).”
Oleh sebab itu, tempuhlah seluruh jalan yang dapat menghantarkan kita kepada kebaikan dan berlomba-lombalah di dalam kebajikan. Allah berfirman:
وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِندَ رَبّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلاً [الكهف:46].
“tetapi amalan-amalan yang kekal lagi shaleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” (QS. Al Kahfi 46)
Pada hari Iedul Adha seperti ini, Rosulullah r berkhutbah di Mina pada waktu haji Wada’ dengan sabdanya:
أَلاَ تَدْرُوْنَ أَيُّ يَوْمٍ هَذَا؟، قَالُوا: اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمُ، فَقَالَ: أَلَيْسَ يَوْمُ النَّحْرِ، ثُمَّ قَالَ: أَيُّ بَلَدٍ هَذَا، أَلَيْسَتْ بِالْبَلْدَةِ الْحَرَامِ، ثُمَّ قَالَ: فَإِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ وَأَعْرَاضَكُمْ وَأَبْشَارَكُمْ عَلَيْكُمْ حَرَامٌ كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا، فِي شَهْرِكُمْ هَذَا، فِي بَلَدِكُمْ هَذَا، آلاَ هَلْ بَلَّغْتُ، فَقَالُوا: نَعَمْ، قَالَ: الَّلهُمَّ اشْهَدْ، فَلْيُبَلِّغِ الشَّاهِدُ الغَائِبَ ثُمَّ قَالَ: لاَ تَرْجِعُوْا بَعْدِي كُفَّارًا يَضْرِبُ بَعْضَكُمْ رِقَابَ بَعْضٍ
Apakah kalian tahu, hari apakah ini ? para sahabat menjawab: Allah dan RosulNya yang lebih mengetahui. Beliau bersabda: “Bukankah ini Yaumun Nahr (hari penyembelihan) ?, kemudian beliau bersabda: “Apakah kalian tahu, Negeri apakah ini? Bukankah di Negeri Haram? Kemudian beliau bersabda: “Sesungguhnya darah kalian, harta kalian, kehormatan kalian, kulit-kulit kalian atas kalian adalah haram bagaikan haramnya hari kalian ini, di bulan kalian ini dan di Negeri kalian ini, ketahuilah, bukankah Aku telah menyampaikannya ?” maka para sahabat menjawab: “ Ya.” Beliau bersabda: “Ya Allah saksikanlah, maka hendaklah orang yang hadir menyampaikan kepada orang yang tidak hadir.” Kemudian beliau bersabda: “Janganlah kalian kembali (kepada kekafiran) setelahku sehingga sebagian kalian memerangi sebagian yang lain.” (HR. BUkhari).
Dan di dalam khutbahnya ini juga beliau bersabda:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ، اتَّقُوا رَبَّكُمْ وَصَلُّوا خَمْسَكُمْ وَصُوْمُوا شَهْرَكُمْ وَأَدُّوا زَكَاةَ أَمْوَالِكُمْ وَأَطِيْعُوا ذَا أَمْرِكُمْ تَدْخُلُوا جَنّةَ ربِّكُمْ
“Wahai manusia, bertaqwalah kepada Robb kalian, dirikanlah shalat lima waktu kalian, laksanakanlah shaum ramadhan kalian, tunaikanlah zakat harta kalian, dan taatilah pemerintah kalian, maka kalian akan masuk ke dalam surga Robb kalian.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Hibban dan Al Hakim dengan sanad yang shahih).
Dan di dalam khutbahnya ini pula Rosulullah bersabda:
أَلاَ لاَ يَجْنِي جَانٍ إِلاَّ عَلَى نَفْسِهِ، أَلاَ لاَ يَجْنِي جَانٍ عَلَى وَلَدِهِ، وَلاَ مَوْلُوْدٌ عَلَى وَالِدِهِ، أَلاَ وَإنَّ الشَّيْطاَنَ قَدْ أَيِسَ مِنْ أَنْ يُعْبَدَ فِي بِلاَدِكُمْ هَذِهِ أَبَداً، وَلَكِنْ سَتَكُوْنُ لَهُ طَاعَةٌ فِيْمَا تَحْتَقِرُوْنَ مِنْ أَعْمَالِكُمْ، فَسَيَرْضَى بِهِ
Ketahuilah, sesungguhnya tidak berbuat jahat seseorang itu kecuali atas dirinya sendiri, ketahuilah seorang penjahat tidak berbuat jahat kepada anaknya dan tidak pula seorang anak kepada bapaknya. Ketahuilah sesungguhnya setan telah berputus asa untuk diibadahi di Negeri kalian ini selama-lamanya, akan tetapi akan terjadi ketaatan kepadanya dalam perkara yang kalian remehkan dari perbuatan kalian, sehingga diapun akan merasa rela dengannya.” (HR. Imam Ahmad, Tirmidzi dan dishahihkan oleh Al-Albani).
الله أكبر، الله أكبر، لا إلهَ إلاّ الله، والله أَكبر، الله أَكبر، ولله الحَمد.
Ma’asyirul Muslimin yang berbahagia
‘Iedul Adha adalah syi’ar Islam yang sangat nampak dan agung, di dalamnya terkandung makna dan pelajaran yang sangat luhur. Makna pertama yang paling agung di dalamnya adalah Untuk meralisasikan makna Keikhlasan dan Pentauhidan Allah Subhanahu Wata’ala; yaitu mentauhidkanNya dalam segala bentuk ibadah semata-mata karena Allah dan tiada sekutu bagiNya, mentauhidkan Allah di dalam do’a, tawakkal, rasa harap, rasa takut, meminta pertolongan, nadzar dan mentauhidkan Allah dalam penyembelihan. Tauhid adalah landasan utama Islam yang dibangun di atasnya seluruh hukum syari’ah, yaitu merealisasikan makna Laa ilaaha illallaah yang artinya: Tiada sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah. Allah berfirman:
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ [الفاتحة:4]
“Hanya kepadaMu-lah kami beribadah dan hanya kepadaMu-lah kami meminta pertolongan.”
Satu ayat yang senantiasa kita baca dalam setiap roka’at shalat kita, terkandung di dalamnya makna ini.
Tauhid adalah Perkara yang sangat agung, dengan merealisasikannya manusia akan masuk ke dalam surga dan dengan mengabaikannya akan masuk ke dalam neraka. Oleh sebab itu, berpegang teguhlah kepada landasan utama ini karena ia merupakan “Al Urwatul Wutsqa” atau tali buhul yang amat kuat, yang telah ditetapkan oleh Al-Qur’an, sehingga tidak ada satu suratpun kecuali terkandung makna tauhid di dalamnya.
Tauhid adalah Inti ajaran pada Nabi dan Rosul, sehingga tidak ada seorang Rosulpun yang diutus kecuali untuk menegakkan pondasi ini.
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولاً أَنِ اعْبُدُواْ اللّهَ وَاجْتَنِبُواْ الطَّاغُوتَ [النحل 36]
“Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut…” (QS. An –Nahl 36)
Oleh sebab itulah, jauhilah segala bentuk kemusyikan yang dapat membatalkan tauhid dan menghapuskan amal yang banyak dilakukan oleh sebagian menusia seperti berdo’a kepada para nabi dan orang shaleh, menyembelih untuk selain Allah, pergi ke dukun dan para normal dsb, karena itu semua adalah syirik akbar yang telah diharamkan oleh Allah dan rosulNya. Allah berfirman:
وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلاَ تَدْعُواْ مَعَ اللَّهِ أَحَدًا [الجن:18]
Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah.” (QS. Al Jin 18)
Dan berfirman :
إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنصَارٍ [المائدة:72]
” Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang dzalim itu seorang penolongpun.” (QS. Al Maidah 72)
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ [لقمان:13]
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (QS. Luqman 13)
إِنَّ اللَّهَ لا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا [النساء:48]
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An Nisa’ 48)
Oleh sebab itu, bersihkanlah tauhid dan hindarilah Syirik.
الله أكبر، الله أكبر، لا إلهَ إلاّ الله، والله أَكبر، الله أَكبر، ولله الحَمد.

Kaum muslimin yang berbahagia….
Makna kedua yang terkandung dalam hari raya ‘Ied adalah merealisasikan Al Mutaba’ah dan arti syahadat Muhammadur Rosuulullah, yaitu dengan mengikuti dan bersuri tauladan kepada beliau pada hari ini. Karena makna kesaksian bahwa Muhammad itu utusan Allah berarti membenarkan informasi yang dibawanya, mentaati perintahnya, menjauhi larangannya, dan tidak beribadah kecuali dengan apa yang telah disyari’atkannya. Allah berfirman:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمْ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ [آل عمران:31].
“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali Imran 31)
Dan beliaupun bersabda:
مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ فِيهِ فَهُوَ رَدٌّ
“Barang siapa yang mengada-ada dalam urusan (agama) ini yang tidak dilandasi dengan perintah dari kami, maka amalannya tertolak.” (HR. Muttafaqun ‘Alihi).
Yang ketiga, di antara hikmah pensyari’atan shalat ‘Ied dan berkumpulnya kaum muslimin di tempat seperti ini adalah untuk mengokohkan “Wihdatul Ummah”; persatuan dan kesatuan kaum muslimin serta menghilangkan kedengkian dan kesenjangan sosial di antara mereka. Maka sebagaimana mereka mampu untuk berkumpul untuk merayakan hari yang mulia ini di seluruh pelosok dunia dan mereka tidak bercerai-berai dan berselisih di dalamnya, maka demikian pula mereka mampu untuk bersatu dalam menegakkan Islam dengan tanpa harus berpecah belah dan bertikai, mereka bisa untuk meninggalkan ego dan fanatisme golongan dan kesukuan, sehingga bagaikan satu bangunan yang kokoh yang saling menopang satu sama lainnya, bergandeng tangan dalam menyebarkan kebaikan dan menolak keburukan, Robb kita satu, Nabi kita satu, agama kita satu, dan hari yang kita rayakanpun sama. Maka sebagaimana Islam telah menyatukan kaum muslimin di satu tempat untuk melaksanakan shalat ‘Ied, maka Islampun mampu untuk menyatukan mereka di atas kebenaran, menyatukan hati mereka di atas taqwa, dan tidak ada yang memisahkan mereka kecuali hawa nafsu yang keji. Kasih sayang dan berkerja sama di atas kebenaran dan ketaqwaan adalah sifat dan perangai seorang mukmin, Rosulullah r telah bersabda:
مَثَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ، إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عَضُوٌّ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
“Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam kasih sayang dan kelemah lembutan mereka bagaikan satu tubuh, apabila ada salah satu anggota tubuh yang menderita kesakitan, maka anggota tubuh yang lainpun akan gelisah sehingga tidak bisa tidur dan panas dingin.” (HR. Muslim)
Menanamkan kasih sayang di tengah-tengah kaum muslimin adalah salah satu tujuan utama dalam menegakkan agama Allah. Dari Abu Huraeroh t, Rosulullah r bersabda:
لاَ تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا وَلاَ تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا أَوَلاَ أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ أَفْشُوا السَّلامَ بَيْنَكُمْ
“Kalian tidak akan masuk surga sehingga kalian beriman, dan kalian tidak dikatakan beriman sehingga kalian saling mencintai. Lalu apakah ingin aku tunjukkan kalian kepada suatu amalan yang apabila kalian lakukan, maka sebarkanlah salam di antara kalian.” (HR. Muslim)
Oleh sebab itu – wahai kaum muslimin – marilah kita berusaha untuk Salamatush Shadr atau melapangkan dada kita bagi saudara kita, karena hal itu dapat mendatangkan kenikmatan di dunia dan keridhaan Allah di Akhirat. Allah berfirman tentang Nabi Ibrahim:
وَلا تُخْزِنِي يَوْمَ يُبْعَثُونَ يَوْمَ لا يَنْفَعُ مَالٌ وَلا بَنُونَ إِلاَّ مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ [الشعراء:87-89]
“Dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari kebangkitan. (yaitu) pada hari yang tidak akan bermanfaat di dalamnya harta dan tidak pula anak-anak, kecuali barang siapa yang datang kepada Allah dengan hati yang bersih.” (QS. Asy-Syu’aro 87-89)
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ النَّاسِ أَفْضَلُ قَالَ كُلُّ مَخْمُومِ الْقَلْبِ صَدُوقِ اللِّسَانِ قَالُوا صَدُوقُ اللِّسَانِ نَعْرِفُهُ فَمَا مَخْمُومُ الْقَلْبِ قَالَ هُوَ التَّقِيُّ النَّقِيُّ لَا إِثْمَ فِيهِ وَلَا بَغْيَ وَلَا غِلَّ وَلَا حَسَدَ
Dan dari Abdullah bin Amr t, beliau berkata: dikatakan kepada Rosulullah r: “Wahai Rosulullah, siapakan manusia yang paling afdhal ?” beliau menjawab: “Setiap orang yang bening hatinya dan jujur lisannya.” Para sahabat bertanya: “Orang yang jujur, telah kami ketahui, lalu siapakah orang yang bening hati itu ?” beliau menjawab: “Dia adalah orang yang bertaqwa yang bersih (hatinya), tidak ada dosa di dalamnya, tidak ada kelacutan, tidak ada kedengkian dan tidak ada hasad.” (HR. Ibnu Majah dan Al Baihaqi dengan sanad yang shahih).
Demikianlah khutbah pertama yang saya sampaikan, semoga bermanfaat;
أقول ما تسمعون، وأستغفر الله لي ولكم من كل ذنب، فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم.

KHUTBAH KEDUA

الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، لا إله إلا الله، الله أكبر، الله أكبر، ولله الحمد.
الحمد لله الذي يخلق ما يشاء ويختار، أحمده سبحانه الواحد العزيز الغفار، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن نبينا محمداً عبده ورسوله إمام المتقين وقدوة الأبرار، اللهم صل وسلم على عبدك ورسولك سيدنا ونبينا محمد، وعلى آله وصحبه، صلاة دائمة ما تعاقب الليل والنهار.
أما بعد:
Hamba-hamba Allah yang berbahagia……
Bertaqwalah kepada Allah, dan jadikanlah hari ‘Iedul Adha ini sebagai musim kebaikan. Ketahuilah bahwa sebaik-baik bentuk ibadah dan pendekatan seorang hamba kepada Robbnya pada hari ini adalah menumpahkan darah binatang Qurban sebagai bentuk upaya untuk menghidupkan sunnah leluhur kita Khalilur Rohman Ibrahim u yang telah diuji oleh Allah untuk menyembelih anaknya tercinta, agar beliau menyerahkan hatinya dan mengikhlaskan ibadah hanya kepada Allah Y. Maka beliaupun segera melakukannya dengan tanpa ragu dan berat hati. Beliau berkata:
يابُنَىَّ إِنّى أَرَى فِى الْمَنَامِ أَنّى أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ ياأَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤمَرُ سَتَجِدُنِى إِن شَاء اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ [الصافات:102]
“Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (QS. Ash Shafaat 102)
Maka tatkala sang Ayah melaksanakan perintah Allah dan sang anak tunduk kepadanya, turunlah rahmat Allah kepada mereka:
وَنَادَيْنَاهُ أَن ياإِبْراهِيمُ قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِى الْمُحْسِنِينَ إِنَّ هَاذَا لَهُوَ الْبَلاَء الْمُبِينُ وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ [الصافات:104-107].
Dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya demikianlah Kami iasr balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” (QS. Ash Shafaat 104-107)
Maka Rosulullah r pun menghidupkan dan mengagungkan sunnah ini, sehingga beliau berqurban pada waktu haji wada’ dengan 100 ekor unta dan menyembelih 2 ekor domba putih indah yang bertanduk di Madinah.
Oleh sebab itu, marilah kita berlomba-lomba untuk mengikuti sunnah nabi kita r, dan hindarilah sifat kikir, karena sesungguhnya yang telah menghancurkan orang-orang sebelum kita adalah sifat kikir. Mayoritas para ulama rahimahullah berpendapat bahwa berqurban hukumnya sunnah, dan bahkan sebagian yang lain menyatakan bahwa hukumnya adalah wajib tatkala Allah memberikan kelapangan rizki bagi kita sekalian.
Binatang Qurban yang paling afdhal adalah binatang qurban yang paling berkualitas, yang paling gemuk dan paling mahal harganya.
Diperbolehkan bagi seorang muslim untuk menyembelih seekor kambing untuk mewakili dirinya dan keluarganya, seekor unta senilai dengan 7 ekor kambing dan demikian pula sapi.
Usia Kambing yang ias disembelih untuk berkurban adalah kambing yang telah berusia minimal 1 tahun, unta berusia minimal 5 tahun dan sapi berusia minimal 2 tahun. Tidak sah menyembelih binatang qurban yang buta atau jelas kecacatan matanya, tidak pula binatang qurban yang jelas kepincangannya, tidak pula yang berpenyakit parah, tidak pula yang kurus kering dan tidak sah pula binatang qurban yang patah kebanyakan telinganya atau tanduknya.
Sembelihlah binatang qurban dengan menyabut nama Allah, bacalah do’a ketika menyembelihnya dengan mengatakan:
بِسْمِ اللهِ، اللهُ أَكْبَرُ، الَّلهُمَّ إِنَ هَذَا مِنْكَ وَلَكَ
“Dengan menyebut nama Allah, Allah maha besar, Ya Allah sesungguhnya ini dariMu dan untukMu.”
الله أكبر، الله أكبر، لا إلهَ إلاّ الله، والله أَكبر، الله أَكبر، ولله الحَمد.
Hamba-hamba Allah yang berbahagia……
Bagian dari sunnah, membagi daging qurban menjadi 3 bagian; 1/3 untuk dikonsumsi keluarga yang berqurban, 1/3 untuk dihadiahkan dan 1/3 untuk dishadaqohkan, sebagaimana hal itu diriwayatkan dari Abdullah bin Umar dan Abdullah bin Mas’ud t.
Waktu penyembelihan qurban diawali sejak usainya pelaksanaan shalat Ied dan berakhir di penghujung hari Tasyriq. Imam Muslim telah meriwayatkan di dalam shahihnya dari hadits Al Baro’ bin ‘Azib t bahwa Rosulullah r bersabda:
إِنَّ أَوَّلَ مَا نَبْدَأُ مِنْ يَوْمِنَا هَذَا أَنْ نُصَلِّيَ ثُمَّ نَرْجِعَ فَنَنْحَرَ فَمَنْ فَعَلَ فَقَدْ أَصَابَ سُنَّتَنَا  وَمَنْ نَحَرَ قَبْلَ الصَّلَاةِ فَإِنَّمَا هُوَ لَحْمٌ قَدَّمَهُ لِأَهْلِهِ لَيْسَ مِنْ النُّسْكِ فِي شَيْءٍ
“Sesungguhnya yang pertama kali kami lakukan pada hari ini adalah melaksanakan shalat, kemudian kembali lalu menyembelih. Maka barang siapa yang melakukan seperti itu, sungguh ia telah melaksanakan sunnah kami. Dan barang siapa yang menyembelih sebelum itu, maka sungguh itu hanyalah daging yang ia berikan bagi keluarganya dan tidak bernilai ibadah qurban sedikitpun juga.” (HR. Bukhari)
Maka bertaqwalah kepada Allah, terapkanlah sunnah nabi, maka niscaya kita akan mendapatkan keridhaan dari Allah Y.
Kemudian haturkanlah shalawat dan taslim kepada penutup para nabi dan rosul, karena Allah telah memerintahkan kita sekalian dalam firmanNya:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِىّ ياأَيُّهَا الَّذِينَ ءامَنُواْ صَلُّواْ عَلَيْهِ وَسَلّمُواْ تَسْلِيماً [الأحزاب:56].
اللهم صل وسلم على عبدك ورسولك سيدنا ونبينا محمد، وارض اللهم عن خلفائه الأربعة أبي بكر وعمر وعثمان وعلي…
ICM, 9 Dzul Hijjah 1429 H
Khatib
Zezen Zaenal Mursalin, Lc

Makna idul adha bagi kehidupan

?Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu ni’mat yg banyak. Maka dirikanlah salat krn Tuhanmu dan sembelihlah hewan . Sesungguhnya orang-orang yg membenci kamu dialah yg terputus?
Pemberian ni’mat oleh Allah kepada manusia tak terhingga. Anak isteri dan harta kekayaan adl sebagian ni’mat dari Allah. Kesehatan dan kesempatan juga ni’mat yg sangat penting. Manusia juga diberi ni’mat pangkat kedudukan jabatan dan kekuasaan. Segala yg dimiliki manusia adl ni’mat dari Allah baik berupa materi maupun non materi. Namun bersanmaan itu pula semua ni’mat tersebut sekaligus menjadi cobaan atau ujian fitnah atau bala? bagi manusia dalam kehidupannya. Allah berfirman ?Dan ketahuilah bahwasanya harta kekayaanmu dan anak-nakmu adl fitnah . Dan sesungguhnya Allah mempunyai pahala yg besar?.
Meskipun Allah memberikan ni’mat-Nya yg tak terhingga kepada manusia tetapi dalam kenyataan Allah melebihkan apa yang diberikan kepada seseorang daripada yg lain. Sehingga ada yg kaya raya cukup kaya miskin bahkan ada yang menjadi seorang papa gelandangan berteduh di kolong langit. Demikian juga ada yg menjadi penguasa ada yg rakyat jelata. Ada pimpinan/ kepala dan ada bawahan / anak buah. Ini semua juga dalam rangka cobaan bagi siapa yang benar-benar mukmin dan siapa yg hanya mukmin di bibir saja.
Salah satu bukti bahwa seorang mukmin telah lulus cobaan dalam ni’mat harta kekayaan adl ia dgn ikhlas mengunakannya utk ibadah haji. Sehingga bagi orang demikian akan memperoleh haji yg mabrur. Sedang haji mabrur pahalanya hanyalah surga sebagaimana sabda Nabi SAW ?Orang yg dapat mencapai haji yg mabrur tiada pahala yg pantas baginya selain surga?. .
Betapa gembira dan bahagianya orang kaya yg dapat mencapai haji mabrur demikian. Belum lagi jika ia sempat salat berjamaah di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi maka tiada terkira lagi pahalanya. Namun ini konteksnya adl orang yang kaya. Sedang orang yg tidak mampu / miskin tidak perlu berkecil hati. Bagi kita yg tidak mampu maka konteksnya terkandung dalam hadis Nabi SAW berikut “Hajinya orang yg tidak mampu adalah berpuasa pada hari Arafah .?
Itulah maka sangat disayangkan bila di antara kita ada yg menyia-siakan kesempatan dari Allah yakni tidak mau berpuasa pada tanggal 9 Zul Hijjah yg disebut puasa Arafah itu.
Cobaan tentang harta kekayaan juga berkaitan dgn pelaksanaan ibadah udhiyah yakni menyembelih hewan yang terkenal dgn hewan qurban di hari raya. Karena pada hari ini Allah mensyariatkan utk ber-udhiyah {menyembelih hewan} maka hari raya ini disebut dgn hari raya Adha wa biha sumiya yaumal-adha. Demikian juga penjelasan Rasulullah SAW ?Hari raya fitrah adl pada hari manusia berbuka menyudahi puasa Ramadan. Sedangkan hari raya Adha adl pada hari manusia ber-udhiyah ? .
Maka salah satu bukti lagi bahwa seseorang lulus dari cobaan harta adl ia dgn ikhlas mau mengunakannya untuk ber-udhiyah baik itu berupa sapi kerbau maupun kambing. Ini tergantung pada kemampuan masing-masing. Seekor kambing boleh digunakan utk satu orang beserta keluarga seisi rumahnya. Sedang sapi / kerbau boleh utk tujuh orang beserta keluarga seisi rumah mereka masing-masing. Daging sembelihan ini termasuk syiar agama yakni utk dimakan menjamu tamu diberikan kepada yg meminta atau yg tidak meminta {orang mampu}. Daging ini juga boleh disimpan utk dimakan hingga hari tasyrik . Allah berfirman ?Makanlah sebagiannya dan utk memberi makan orang yg tidak meminta dan orang yg meminta?. {QS. Al-Hajj 36}.
Sementara Nabi bersabda ?Makanlah utk memberi makan dan simpanlah !?
Sementara itu cobaan besar terhadap sesuatu yg dimiliki manusia pernah dialami Abul Anbiya? Khalilurrahman Ibrahim AS. Beliau telah lulus ujian atau cobaan dari Allah. Hal ini didokumentasikan dalam Al-Qur?an ?Dan ketika Ibrahim diberi cabaan oleh Tuhannya dgn beberapa kalimat lalu Ibrahim lulus dalam cobaan itu. Allah berfirman ?Sesungguhnya Aku menjadikan kamu hai Ibrahim Imam semua manusia ..?. ?
Kelulusan Ibrahim tidak hanya dalam melaksanakan perintah Allah tetapi juga dalam kebijaksanaannya menyampaikan perintah itu kepada anaknya yg sangat dicintainya. Beliau tidak langsung mengambilnya tiba-tiba dan tidak pula mencari kelengahan atau dgn taktik menculik teror dan intimidasi. Meskipun Ibrahim memiliki massa yg banyak tetapi beliau tidak menggunakan massa agar anaknya bertekuk lutut di hadapannya. Perintah Allah disampaikannya dgn transparan penuh argumentasi Ilahiah.
Sedangkan Ismail anak yg patuh dan mengerti kedudukan orang tuanya dan posisinya sebagai anak ia tidak membangkang dan tidak bimbang. Ismail memberikan jawaban yg memancarkan keimanan tawaddu? dan tawakkal kepada Allah bukan utk menonjolkan kepahlawanan atau kegagahan mencari popularitas. Ia tidak melakukan unjuk rasa yang konfrontatif tanpa mengindahkan akhlakul karimah atau dgn kekerasan utk memprotes kehendak bapaknya.
Sungguh dua tokoh bapak dan anak ini merupakan uswah hasanah bagi umat manusia. Bahkan syariat Nabi Muhammad SAW merupakan syariat yg dulunya telah diwahyukan Allah kepada Ibrahim . Maka kita menyembelih hewan qurban di hari ?Idul Adha ini termasuk meneladani sunnah Ibrahim sebagaimana sabda Nabi SAW ?Sunnatu abikum Ibrahim.? .
?Idul Adha memiliki makna yg penting dalam kehidupan. Makna ini perlu kita renungkan dalam-dalam dan selalu kita kaji ulang agar kita lulus dari berbagai cobaan Allah. Makna ?Idul Adha tersebut
    Menyadari kembali bahwa makhluk yg namanya manusia ini adl kecil belaka betapapun berbagai kebesaran disandangnya. Inilah makna kita mengumandangkan takbir Allahu akbar !
    Menyadari kembali bahwa tiada yg boleh di-Tuhankan selain Allah. Menuhankan selain Allah bukanlah semata-mata menyembah berhala seperti di zaman jahiliah. Di zaman globalisasi ini orang dapat menuhankan tokoh lebih-lebih lagi si Tokoh itu sempat menjadi pucuk pimpinan partainya menjadi presiden/wakil presiden atau ketua lembaga perwakilan rakyat. Orang sekarang juga cenderung menuhankan politik dan ekonomi. Politik adalah segala-galanya dan ekonomi adl tujuan hidupnya yg sejati. Bahkan HAM menjadi acuan utama segala gerak kehidupan sementara HAT diabaikan. Inilah makna kita kumandangkan kalimah tauhid La ilaha illallah !
    Menyadari kembali bahwa pada hakikatnya yg memiliki puja dan puji itu hanyalah Allah. Maka alangkah celakanya orang yg gila puja dan puji sehingga kepalanya cepat membesar dadanya melebar dan hidungnya bengah bila dipuji orang lain. Namun segera naik pitam wajah merah dan jantung berdetak melambung bila ada orang yang mencela mengkritik dan mengoreksinya. Inilah makna kita kumandangkan tahmid Wa lillahil-hamd !
    Menyadari kembali bahwa manusia ini ibarat sedang melancong atau bepergian yg suatu saat rindu utk pulang ke tempat tinggal asal yakni tempat yg mula-mula dibangun rumah ibadah bagi manusia Ka?bah Baitullah. Inilah salah satu makna bagi yg istita?ah tidak menunda-nunda lagi berhaji ke Baitullah. Di sini pula manusia disadarkan kembali bahwa pada hakikatnya manusia itu satu keluarga dalam ikatan satu keimanan. Siaopa pun dia dari bangsa apapun adl saudara bila ia mukmin atau muslim. Tetapi bila seseorang itu kafir adl bukan saudara kita meskipun dia lahir dari rahim ibu yg sama. Maka orang yg pulang dari haji hendaknya menjadi uswah hasanah bagi warga sekitarnya tidak membesar-besarkan perbedaan yg dimiliki sesama muslim terutama dalam hal yg disebut furu?iyah.
    Menyadari kembali bahwa segala ni’mat yg diberikan Allah pada hakikatnaya adl sebagai cobaan atau ujian. Apabila ni’mat itu diminta kembali oleh yg memberi maka manusia tidak dapat berbuat apa-apa. Hari ini jadi konglomerat esok bisa jadi melarat dgn hutang bertumpuk jadi karat. Sekarang berkuasa lusa bisa jadi hina tersia-sia oleh massa. Kemaren jadi kepala kantor dgn mobil Timor entah kapan mungkin bisa jadi bahan humor krn naik sepeda bocor. Sedang ni’mat yg berupa harta hendaknya kita ikhlas utk berinfaq di jalan Allah seperti utk ber-udhiyah .
    Percayalah dalam hal harta apabila kita ikhlas di jalan Allah niscaya Allah akan membalasnya dgn berlipat ganda. Tetapi jika kita justru kikir pelit tamak bahkan rakus tunggulah kekurangan kemiskinan dan kegelisahan hati selalu menghimpitnya. Akhirnya semoga ?Idul Adha dgn berbagai ibadah yg kita laksanakan sekarang ini dapat membangunkan kembali tidur kita . Kemudian kita berihtiar lagi sekuat tenaga utk memperbanyak amal saleh sebagai pelebur amal-amal buruk selama ini. Amin ! Oleh Drs. Syafi’i Salim Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia ( ) ( sumber file al_islam.chm

persahabatan yang kandas

deburan ombak menerjang karang
kicauan burung menghiasi tiap harinya . . . .
alunan suara tembang mengharukan jiwa

hatiku kini sedang berkecamuk
memendam perasaan yang tak beraturan
permasalahan yang bartubi-tubi
tanpa ada seorang sahabat di sisiku
orang yang selama ini ku anggap sahabat,,,,,
ternyata . . . . . . . .
dia menjadi musuhku . . . .
orang yang dulu aku percaya . . . .
orang yang dulu selalu ada di sisiku . . . .
sekarang dia berpaling . . . . .
entah apa salahku . . . .

biarlah aku hidup sendiri ,
dengan berjalannya angin kehidupan

Punya Banyak Teman

1. Bergaul dengan orang-orang yang daya juang dan
2. Menarima apa adanya
3. Setiakawan.
4. Rela berkorban.
5. mau memafkan. yang namanya sahabat pasti ada saatnya bertengkar dan marah. Tapi sahabat sejati pasti memaafkan dan bersedia berdamai.

    Yang ini jangan ditirukan, karena bisa merusak persahabatan.
1. iri terhadap keberhasilan teman.
2. Tidak menegur ketika teman berbuat salah.
3.Berkomplot melakukan sesuatu yang tidak baik.
4. Egois.
5. berkhianat